Pagi yang indah semakin indah dengan adanya sinar matahari yang menyinari setiap rumah rumah karang dibawah laut. Hari ini adalah hari pertama anak anak lautan untuk masuk kesekolah. Ada Nino si ikan, ada Kidi si kuda laut, ada Sally si bintang laut dan yang lain nya. Mereka masuk kesekolah dengan riang gembira. Pak guru Kuro yang bijaksana membimbing mereka untuk masuk keruang kelas. Diantara kumpulan anak anak yang ceria itu, ada sesuatu yang aneh dibalik rerumputan laut di halaman sekolah. Tampak sepasang mata mengintip dibaliknya. Pak Kuro melihatnya, dan berusaha mendekati. Terlihat seekor gurita kecil bernama Gita. Dia terlihat ketakutan dan berbeda dari anak anak periang lainnya.
Pak guru Kuro berusaha berbicara padanya. " Gita kenapa ? ayuk masuk ke dalam kelas. Sebentar lagi kelas dimulai". Namun Gita si gurita hanya diam saja tidak menjawab. Pak guru Kuro mengajak Gita untuk masuk ke dalam kelas. Perlahan Gita mengikuti pak guru Kuro.
Didalam kelas, Gita si gurita kecil hanya diam. Bahkan dalam sesi perkenalan dia tidak berbicara apapun. Teman teman nya menganggapnya aneh. Dan tidak ada satu pun yang mau berbicara ataupun mengajaknya bermain. Gita sudah terbiasa dengan situasi seperti itu. Sendiri, kesepian dan teracuhkan. Saat istirahat sekolah, lagi lagi Gita memilih untuk menyendiri. Dia memakan bekal yang dibawa nya sambil bersembunyi dibalik rerumputan laut. Saat melihat keatas, ada yang membuat Gita takjub. Sinar matahari yang mencoba menerobos masuk menciptakan gradasi warna yang indah. Menurutnya hal yang membuatnya bahagia adalah ketika ia melihat sinar matahari itu. Gita si gurita kecil tersenyum. Imajinasinya menjelajah seperti burung burung yang terbang bebas di angkasa. Ia bahagia, seakan ketidakbahagiaan nya sudah lelah mengejar nya. Ia telah bebas, lebih tepatnya membebaskan perasaan nya.
Suatu ketika, Gita melihat keributan. Dia mengintip asal keributan itu. Nino dan Sally terlihat sedang bertengkar. Gita tidak tau apa penyebab mereka bertengkar. Setau Gita Nino dan Sally adalah sahabat karib yang selalu tertawa riang ketika mereka bertemu. Sally menangis, dan memilih menyendiri tidak jauh dari tempat Gita berada. Hati gita tergerak untuk mendekatinya. Ia kumpulkan seluruh keberaniannya. " Hai Sally". Sally menegok kearah Gita dengan air mata yang masih mengalir. " Ada apa Gita ? Aku sedang tidak ingin diganggu". " Aku tidak ingin menganggumu. Mungkin aku bisa mendengarkan ceritamu. Walaupun aku belum tentu bisa menyelesaikannya". Akhirnya Sally bercerita kepada Gita, tentang penyebab pertengkarannya dengan Nino.
Gita tidak pernah mendapati masalah yang dialami Sally. Mereka bertengkar karena Nino telah merusak buku dongeng Sally. Bukankah mereka bersahabat ? kenapa mereka bisa bertengkar ?. Gita belum pernah memiliki sahabat. Sahabat gita adalah sinar matahari yang indah. Dan tentu tidak pernah menyakitinya.
" Sally, kalian bersahabat, kamu sangat beruntung bisa memiliki sahabat, kenapa hanya dengan satu masalah kamu melupakan kebahagiaan kebahagiaan yang pernah kalian lewati. Terkadang aku iri dengan kalian. Aku iri pada Kidi yang sangat mudah berteman dan pandai dikelas. Aku iri pada kamu yang mempunyai sahabat seperti Nino. Coba kamu bayangkan, jika kamu adalah seorang penakut sepertiku. Tidak memiliki teman, apalagi sahabat. Mungkin kita memang memiliki kisah kita sendiri, sesuai jalan yang kita ambil. Aku akan sangat sedih, kalau kamu sampai bertengkar dengan sahabat kamu. Saat aku melihat kamu tertawa dengan Nino, entah kenapa aku ikut merasa bahagia. Mungkin aku aneh, tapi aku justru menganggap sahabat yang bertengkar mungkin lebih aneh menurutku. Ingatlah ratusan kenangan indah yang kamu lalui bersama sahabatmu. Jangan sampai satu kesalahan merusak semuanya. Berbaiklah dengan sahabatmu. Hidup terlalu berharga untuk dibuat sedih. Kisah akan terus berubah, jadi berbuatlah baiklah setiap hari, jika sedih, cepat cepatlah tersenyum"
Sally tersenyum mendengar penjelasan Gita. Lalu ia mengajak Gita menemui Nino. Sally meminta maaf kepada Nino, dan memperkenalkan Gita. Mereka menjadi teman. Namun terkadang, Gita tetap pada kebiasaan lamanya. Senyum senyum sendiri sambil melihat sinar matahari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar